Joung Tepa MIKROBIOLOGI HP
MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN
O l
e h :
ZADRAK
RUIMASSA
2011-67-026
JURUSAN
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
PATTIMURA
AMBON
2013
AMBON
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis persembahkan
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas pimpinan dan perlindungan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam makalah
ini, penulis akan membahas tentang :
Penulis menyadari bahwa makalah ini
dibuat dengan kelemahan dan keterbatasan penulis, untuk itu penulis
mengharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Ambon, 22 Oktober 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB
II PEMBAHASAN
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme yang paling dominan dan berperan
dalam kerusakan (pembusukan) daging ikan adalah bakteri.Bakteri telah ada
sewaktu ikan masih hidup, yaitu terdapat pada insang, organ isi perut dan
permukaan tubuh ikan.Tapi bakteri tersebut tidak merusak, dikarenakan ikan
memilikin ketahanan dan kebutuhan bakteri untuk pertumbuhannya telah tersedia
dari lingkungannya.Setelah ikan mati, tubuh ikan tidak lagi memiliki ketahanan
dan bakteripun tidak terpenuhi kebutuhannya. Karena hal yang demikian ini maka
bakteri segera menggunakan (memanfaatkan) daging ikan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan populasi bakteri segera berkembang cepat sehingga mempercepat pula
kerusakan daging ikan (Irawan, 1995b)
Lingkungan air
mempengaruhi keberadaan mikroorganisme pada ikan.Ikan yang hidup di laut utara
umumnya membawa banyak bakteri psikrofilik, sedangkan ikan yang berada di laut
tropis lebih banyak membawa bakteri mesofilik (Frazier & Westhoff,
1988).Selanjutnya Rahayu et al. (1992) menyatakan bahwa meskipun ikan ditangkap
di air laut, selama penyimpanan biasanya bakteri air tawar menjadi dominan
karena ikan disimpan di dalam es yang terbuat dari air tawar.
Ikan segar pada
umumnya tidak terkontaminasi oleh bakteri patogen seperti Salmonella dan
Stapilokoki, kecuali jika ikan tersebut ditangkap dari air yang terpolusi
berat. Akan tetapi ikan dapat terkontaminasi selama penanganan dan pengolahan,
dan dapat mengandung bakteri pembusuk mesofilik dan indikator seperti
Escherichia coli, Streptokoki fekal, Stapilokoki, dan Salmonella (Rahayu et al.
1992)
Keracunan makanan yang terjadi di
masyarakat seringkali menelan korban jiwa.Kita perlu mewaspadai makanan yang
mengandung bakteri patogen dan zat-zat beracun yang dijual dan beredar di
pasaran.
Bahan makanan, selain merupakan
sumber gizi bagi manusia, juga merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme.Pertumbuhan
mikroorganisme dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang
menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun
daya simpannya.Selain itu pertumbuham mikroorganisme dalam bahan pangan juga
dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga
bahan pangan tersebut tidak layak dikomsumsi.Kejadian ini biasanya terjadi
padapembusukan bahan pangan.
Bahan pangan dapat bertindak sebagai
perantara atau substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan
organisme lain penyebab penyakit.Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti
tifus, kolera, disentri, atau tbc, mudah tersebar melalui bahan makanan.
Gangguan-gangguan kesehatan, khususnya gagguan perut akibat makanan disebabkan,
antara lain oleh kebanyakan makan, alergi, kekurangan zat gizi, keracunan
langsung oleh bahan-bahan kimia, tanaman atau hewan beracun; toksintoksin yang
dihasilkan bakteri; mengkomsumsi pangan yan mengandung parasit hewan dan
mikroorganisme. Gangguan-gangguan ini sering dikelompokkanmenjadi satu karena
memiliki gejala yang hampir sama atau sering tertukar dalam penentuan
penyebabnya. Secara umum, istilah keracuan makanan yang sering digunakan
untuk menyebut gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme., mencakup
gangguangangguan yang diakibatkan termakannya toksin yang dihasilkan
organismeorganisme tertentu dan gangguan-gangguan akibat terinfeksiorganisme
penghasiltoksin. toksin-toksin dapat ditemukan secara alami pada beberapa
tumbuhan dan hewan atau suatu produk metabolit toksik yang dihasilkan suatu
metabolisme. Dengan demikian, intoksikasi pangan adalah gangguan akibat
mengkonsumsi toksin dari bakteri yang telah terbentuk dalam makanan, sedangkan infeksi
pangan disebabkan masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui makanan yang
telah terkontaminasi dan sebagai akibat reaksi tubuh terhadap bakteri atau
hasil-hasil metabolismenya.
B. Rumusan Masalah
1.
Mikroba patogen apa saja yang
menyerang produk perikanan segar dan olahan ?
2.
Bagaimana cara menghambat/mematikan
mikroba tersebut ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui mikroba yang terdapat
pada produk perikanan segar dan olahan.
2.
Untuk mengetahui cara menghambat
mikroba yang terdapat dalam produk perikanan segar dan olahan
D. Manfaat
v Sebagai
bahan informasi kepada masiswa Perikanan yang mempelajari mata kuliah
Mikrobiologi Hasil Perikanan
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
v MIKROBA PATOGEN PADA PRODUK PERIKANAN SEGAR
(IKAN)
PRODUK PERIKANAN SEGAR
|
JENIS
MIKROBA
|
DAERAH YANG
DI SERANG
|
v
Ikan Cakalang
|
1. Achromobacterstenohalis
2. Flavobacterium piscicada
3. Micrococcus colpoganes
4.
Micrococcus
agilis
5.
Micrococcus
varians
6.
Pseudomonas
ichthyodermis
7. Pseudomonas indescens
|
Insang
|
1. Alcaligens faecalis
2. Flavobacterium marinum
3. Micrococcus varians
4.
Pseudomonas
halodenitrificans
5.
Pseudomonas
ichthyodermis
6. Pseudomonas membranoformios
|
Daging
|
|
1. Aehromobaccter
stenohalis
2. Bacillus
maceran
3. Flavobacterium
marinum
4. Micrococcus
halodenitrificans
5. Pseudomonas
iridescens
6. Pseudomonas
membranformis
7. Pseudomonas
marinoglutinosa
|
Perut
|
|
v
Ikan Nila
|
1. S. agalactive
|
Mata,
perut, daging
|
v
Ikan maskoki
|
1. Argulus sp
2. Saprolegenia
sp (jamur)
3. Achylya sp (jamur)
|
Sirip, insang, dan seluruh bagian
luar tubuh
|
v Ikan Tunul (Sphytaena barracuda)
|
E.Coli, S.typosa,
V.cholarea, S.auereus
|
Insang dan perut
|
v Ikan Belanak
(Mugil sp)
|
E.Coli, S.typosa,
V.cholarea, S.auereus
|
Insang dan perut
|
v Ikan
Tigowojo (Johnius sp)
|
E.Coli, S.typosa,
V.cholarea, S.auereus
|
Insang dan perut
|
v Ikan Kedukan
(Arius sagor)
|
E.Coli, S.typosa,
V.cholarea, S.auereus
|
Insang dan perut
|
v MIKROBA PATOGEN PADA CUMI-CUMI
PRODUK PERIKANAN SEGAR
|
JENIS MIKROBA
|
DAERAH YANG DI SERANG
|
v Cumi-cumi
|
Photabacterium phosphoreum
|
Organ cahaya
|
v MIROBA PATOGEN PADA GASTROPODA
PRODUK PERIKANAN SEGAR
|
JENIS MIKROBA
|
DAERAH YANG DI SERANG
|
v
Gastropoda
|
1. Klobsiella sp.
2. Pseudomonas sp.
3. Eshherichia coli
4. Staphylococcus
5. Enterobacteria
|
|
v MIKROBA PATOGEN PADA
KERANG-KERANGAN
PRODUK PERIKANAN SEGAR
|
JENIS MIKROBA
|
DAERAH YANG DI SERANG
|
v Kerang-kerangan
|
1. Salmonella
2. E. coli
3. V. parahemolyticus
4. Clostridia
|
Celah insang
(lamella)
|
Γ MIKROBA PATOGEN PADA PRODUK
OLAHAN
ΓΌ PENGALENGAN
PRODUK
OLAHAN
|
JENIS
BAKTERI
|
PERANANAN
|
v Makanan
Kaleng
|
1. Clostridium
botilinum
2. Bacillus stearothermophillus
3. Desulfotomaculum nigrificans
4. Clostridium thermosaccharolyticum
|
Keracunan
pembusuk
pembusuk
pembusuk
|
ΓΌ FERMENTASI
PRODUK OLAHAN
|
JENIS BAKTERI
|
PERANAN
|
v
Yoghurt (susu fermentasi)
|
·
Lactobacillus
bulgaricus
·
Streptococcus
thermophilus
|
Memberikan
manfaat
|
v
Soygurt
|
·
Lactobacillus
bulgaricus
·
Streptococcus
thermophilus
|
Memberikan
manfaat
|
v
Keju
|
·
Lactobacillus
bulgaricus
·
Streptococcus
thermophilus
|
Memberikan
manfaat
|
v
Kefir
|
·
Lactobacillus
bulgaricus
·
Saccharomyces
cereviciae
|
Memberikan
manfaat
|
ΓΌ PENGERINGAN
PRODUK OLAHAN
|
JENIS BAKTERI
|
v
Makanan kering
|
1. Clostridium sp.
2. Bacillus sp.
|
v
CARA
MENGHAMBAT / MEMATIKAN BAKTERI
a. Untuk Pengalengan, Fermentasi, Dan Pengeringan
1. Pengeringan dan Liofilisasi
Pengeringan
(desikasi atau dehidrasi) merupakan metode kuno dalam pengawetan
makanan.Idealnya lebih dari 90% air dibuang dari makanan, sehingga makanan
dapat disimpan lebih lama.Pengeringan dapat menghambat pertumbuhan mikroba,
tetapi tidak membunuhnya.Pengeringan dapat dilakukan secara alami (kering
matahari) maupun mekanis (kering oven). Dalam proses pengeringan sering
ditambahkan garam, gula tinggi, maupun food
aditive untuk meningkatkan tekanan osmosis.
Liofilisasi (kering-beku) merupakan
teknik lebih modern dan diterapkan pada industri kopi instan dan ragi roti.
Proses ini melibatkan pengeringan makanan beku dalam kondisi vakum. Teknik ini
menghasilkan makanan lebih berkualitas daripada pengeringan biasa.
2. Iradiasi
Iradiasi makanan merupakan metode
pengawetan makanan baru dan kontroversial, karena keamaman radiasi.Terdapat 2
jenis radiasi untuk pengawetan makanan, yaitu radiasi ionik dan radiasi
nonionik.
Radiasi sinar UV merupakan bentuk
radiasi nonionik, merupakan radiasi berkekuatan penetrasi terbatas.Panjang
gelombang radiasi dan lama radiasi menentukan efektivitas metode ini. Radiasi
UV efektif sebagai agen sanitasi untuk peralatan pemroses makanan dan permukaan
lain. Radiasi microwave (nonionik) dipaka unutk preparasi makanan bukan untuk
mengawetkan makanan. Radiasi microwave tidak membunuh mikroba, tetapi panas
yang dihasilkan radiasi microwave dapat membunuh mikroba.
Radiasi ionik seperti sinar gamma
memiliki kekuatan penetrasi tinggi dan bersifat mikrobisida. Radiasi ini dapat
diterapkan sebeblumd an sesudah pengemasan, bergantung jenis makanan. Radiasi
gamma Cobalt-60 atau Cesium-137 telah digunakan oleh negara Eropa dan Jepang
selama beberapa tahun.Menurut US FDA metode iradiasi adalah aman untuk
pengawetan makanan tertentu. Iradiasi sukses diterapkan pada ikan segar selama
transportasi ke pasar. Iradiasi dapat mereduksi kerusakan buah dan sayur segar.
3. Food Aditive
Sejumlah senyawa kimia ditambahkan
pada berbagai makanan untuk membunuh mikroba atau menghambat
pertumbuhannya.Senyawa tambahan tersebut disebut food aditive.
Asam organik dapat menurunkan nilai
pH makanan, sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroba patogen dan bakteri
penghasil toksin.Asam benzoat, sorbat, dan propionat mampu menghambat pertumbuhan
khamir dan jamur dalam margarin, jus buah, roti, kue, dan biskuit.
Agen alkilasi seperti etilen oksida
dan propilen oksida biasanya digunakan pada kacang (nut) dan rempah-rempah (spices).
Sulfur oksida sangat efektif pada pH asam dan hanya digunakan untuk bleaching buah kering dan membunuh
bakteri dan khamir tak diinginkan pada wine.
Ozon (oksigen reaktif) biasa digunakan untuk membunuh bakteri koliform pada
kerang dan air minum.Ozon memiliki keuntungan, yaitu tidak meninggalkan
residu.Ozon dapat merusak lisozim paru jika terhirup dan dapat membuat tengik
makanan.
Natrium klorida (garam) dapat
meningkatkan tekanan osmotik pada makanan, sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba.Garam digunakan untuk menghambat pertumbuhan Clostridium pada daging, meskipun jamur masih dapat tumbuh di
makanan asin.Garam mampu mendehidrasi makanan dan sel bakteri, sehingga
menyulitkan mikroba memperoleh air.
Senyawa lain memiliki fungsi khusus.
Senyawa halogen seperti Natrium hipoklorit mendisinfeksi air dan permukaan makanan.Gas
klorin mencegah pertumbuhan mikroba pada permukaan peralatan pemroses
makanan.Nitrat dan nitrit menekan pertumbuhan mikroba pada daging, khususnya
daging giling. Namun nitrat dan nitrit dapat berubah menjadi nitrosamin yang bersifat karsinogenik dan toksis pada
hati, ketika dimasak. Nitrit biasanya digunakan untuk menjaga kecerahan warna
daging.Karbon dioksida pada minuman berkarbonasi (bersoda) dapat membunuh
bakteri, tetapi tidak dapat membunuh jamur.
4. Pasteurisasi Susu
Pencegahan
kerusakan dan penyakit ditularkan melalui susu dimulai dari kesehatan ternak
dan pemerah susu. Pada masa lalu, tuberkulosis bovin terkadang menular ke
manusia melalui susu. Oleh karena itu penanganan susu dari pemerahan sampai
pengemasan sangat penting untuk mencegah penularan penyakit.
Susu
dikumpulkan dalam wadah bersih, tetapi tidak steril. Oleh karena itu, susu
harus disterilisasi. Sterilisasi susu menggunakan teknik pasteurisasi. Terdapat
2 metode pasteurisasi, yaitu pasteurisasi cepat (Flash pasterurization) dan pasteurisasi lama (hold pasteurization).
Pasteurisasi
cepat, yaitu memanaskan susu pada suhu 71,6°C
selama 15 detik. Pasteurisasi lama, yaitu memanaskan susu pada suhu 62,9°C
selama 30 menit. Kedua metode tersebut mampu membunuh sel vegetatif patogen
yang biasanya dijumpai di susudan dapat merusak susu. Setelah pasteurisasi,
susu segera didinginkan dan disimpan pada suhu dingin (refrigerasi). Terdapat
metode pasteurisasi lain, yaitu pasteurisasi UHT (ultra heat treatment). Pasteurisasi UHT, yaitu memanaskan susu pada
suhu 87,8°C selama 3 detik. Susu UHT
dapat disimpan pada suhu kamar selama 6 bulan.
Susu
dapat diawetkan dalam bentuk susu kental manis (condensed milk) dan juga harus disterilisasi. Susu dikentalkan dan
disterilisasi dengan pemanasan. Meskipun susu steril bebas dari mikroba
patogen, tetapi tidak bebas dari semua mikroba.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bedasarkan
pembahasan tentang jenis-jenis mikroba yang ada pada produk perikanan segar dan
olahan maka dapat disimpulkan bahwa :
1)
Bakteri telah ada sewaktu ikan masih
hidup, yaitu terdapat pada insang, organ isi perut dan permukaan tubuh ikan.
Tapi bakteri tersebut tidak merusak, dikarenakan ikan memilikin ketahanan dan
kebutuhan bakteri untuk pertumbuhannya telah tersedia dari lingkungannya.
Setelah ikan mati, tubuh ikan tidak lagi memiliki ketahanan dan bakteripun
tidak terpenuhi kebutuhannya. Karena hal yang demikian ini maka bakteri segera
menggunakan (memanfaatkan) daging ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
populasi bakteri segera berkembang cepat sehingga mempercepat pula kerusakan
daging ikan
2)
Pertumbuhan mikroorganisme dalam
makanan memegang peran penting dalam pembentukan senyawa yang memproduksi bau
tidak enak dan menyebabkan makanan menjadi tak layak makan. Beberapa
mikroorganisme yang mengontaminasi makanan dapat menimbulkan bahaya bagi yang
mengonsumsinya. Kondisi tersebut dinamakan keracunan makanan.
B. SARAN
ΓΌ Bagi
mahsiswa, lakukanlah penelitian lanjutan tentang peranan-peranan mikroba bagi
kehidupan sehingga dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat yang
mengkonsumsi produk perikanan segar dan olahan.
DAFTAR PUSTAKA
Fausi.2005, “Kebijakan Perikanan Dan
Kelautan“, Penerbit PT. Gramedia PustakaUtama Jakarta.
Peristiwady. 2006, ‘’Petunjuk
Identifikasi Ikan-Ikan Laut Ekonomis Penting DiIndonesia ‘’,Penerbit. LIPI
Press, Jl. Gondang dia Lama 39, Menteng , Jakarta 10350.
Malaka, Ratmawati., dan Laga, Amran.,
2005. Isolasi dan Identifikasi Lactobacillus bulgaricus Strain Ropy dari
Yoghurt Komersial, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Universitas Hasannudin Makasar, Makasar Sulawesi
Selatan.
Hardiningsih, Riani., Nonta, Refina
Napitupulu, Rostiati., dan Yulinery, Titin., 2006. Isolasi dan Uji Resistensi
Beberapa Isolat Lactobacillus pada pH Rendah (Isolation and resistance test of
several isolates of Lactobacillus in low pH), Bidang Mikrobiologi, Pusat
Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor Jawa
Barat.
Komentar
Posting Komentar