Joung Tepa pembekuan ikan
MAKALAH
PEMBEKUAN IKAN
D
I
S
U
S
U
N
O L E H :
ZADRAK RUIMASSA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN UNPATTI
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas pimpinan
dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang :
“PEMBEKUAN
IKAN”
Penulis
menyadari bahwa makalah ini dibuat dengan kelemahan dan keterbatasan penulis,
untuk itu penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.
Ambon, November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Pembekuan Ikan
2.2 Proses Pembekuan
2.3 Perubahan Suhu selama Pembekuan
2.4 Penanganan Ikan Untuk Dibekukan
2.5 Alat-alat Pembeku Ikan
2.6 Waktu Pembekuan
2.7 Distribusi Ikan Beku
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia
merupakan Negara agraris yang memiliki potensi perikanan cukup besar. Dengan
luas lautan mencapai 5.8 juta km2, Indonesia memiliki potensi ikan
sebesar 6,5 juta ton per tahun. Dari potensi yang dimiliki, belum semua dapat
dimanfaatkan karena dana dan sumber daya manusianya belum memadai sehingga
mengakibatkan 20-30 % dari produksi ikan mengalami kerusakan dan tidak dapat
digunakan. Hal ini tidak mengherankan, sebab ikan merupakan bahan pangan yang
relative mudah mengalami pembusukan. Oleh sebab itu Ikan perlu ditangani dengan
cara Pembekuan.
Pengawetan ikan dengan pembekuan
memiliki sejumlah aplikasi. Apabila tempat penangkapan ikan sangat jauh dari
pelabuhan yang membuat pelapisan es menjadi tidak praktis, maka membekukan
hasil tangkapan menjadi satu-satunya alternatif. Selain itu, apabila jarak
pasar konsumen jauh dari pelabuhan, pembekuan diperlukan selama jangka waktu
penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi. Pembekuan juga bermanfaat selama
jangka waktu kelimpahan dan kekurangan. Ikan-ikan dapat dibekukan ketika
jumlahnya berlimpah dan didistribusikan sepanjang jangka waktu dimana ikan
tersebut langka, sehingga menstabilkan pasar. Selain itu,
produk-produk yang bersifat musiman dapat dibekukan ketika melimpah dan
dibuat tersedia sepanjang tahun.
1.2. Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui tentang Pembekuan dan Alat-alat Pembekuan Ikan
- Memberikan informasi kepada mahasiswa THP yang mempelajari mata kuliah Teknologi Refrigerasi
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Umum
Pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan untuk
disimpan di dalam suhu rendah (cold storage). Pembekuan itu sendiri
bukanlah sebuah cara pengawetan. Pembekuan ikan haras dilakukan menurut
garis-garis tertentu, sebab jika tidak dilakukan dengan semestinya, pembekuan
justru merusak ikan. Baik pembekuan maupun penyimpanan berikutnya mempunyai
banyak aspek yang haras diperhatikan. Selama pembekuan, banyak sekali perubahan
yang terjadi, baik perubahan fisik, kimia maupun biologi, yang menyebabkan
kerusakan ikan.
2.1.
Prinsip Pembekuan Ikan
Seperti pendinginan, pembekuan dimaksudkan untuk mengawetkan
sifat-sifat alami ikan. Pembekuan menggunakan suhu yang lebih rendah, yaitu
jauh di bawah titik beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air
pada ikan menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan kembali untuk
digunakan, keadaan ikan harus kembali seperti sebelum dibekukan. Ikan-ikan yang
dibekukan untuk dikonsumsi mentah (sashimi) mutlak memerlukan
terpeliharanya sifat-sifat ikan segar yang dibekukan, agar ikan beku yang
dilelehkan tidak dapat dibedakan dari ikan segar.
Keadaan beku menyebabkan bakteri dan enzim terhambat kegiatannya,
sehingga daya awet ikan beku lebih besar dibandingkan dengan ikan yang hanya
didinginkan. Pada suhu -12°C, kegiatan bakteri telah dapat dihentikan, tetapi
proses-proses kimia enzimatis masih teras berjalan.
Kematian bakteri dalam keadaan beku disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut.
1. Sebagian besar air di dalam tubuh ikan telah
berubah menjadi es dan persediaan cairan menjadi sangat terbatas. Dengan
demikian, bakteri akan mengalami kesulitan untuk menyerap makanan, sehingga hidupnya
terganggu karena bakteri hanya dapat menyerap makanan dalam bentuk larutan.
2. Cairan di dalam sel bakteri yang ikut membeku
dan volumenya bertambah dan memecah dinding sel, sehingga menyebabkan kematian
bakteri.
3. Suhu yang sangat rendah itu sendiri menyebabkan
bakteri yang tidak tahan terhadap suhu rendah akan mati.
2.2.
Proses
Pembekuan Ikan
Seperti halnya proses pendinginan, proses
pembekuan juga bertujuan untuk mengawetkan sifat-sifat alami ikan dengan cara
menghabat aktivitas bakteri maupun aktivitas enzim.
Selama proses pembekuan berlangsung, terjadi
pemindahan panas dari tubuh ikan yang bersuhu lebih tinggi ke refrigerant yang
bersuhu rendah. Dengan demikian kandungan air didalam tubuh ikan akan berubah
bentuk menjadi Kristal es. Kandungan air ini terdapat didalam sel jaringan dan
ruang antarsel. Sebagian besar air didalam tubuh ikan tersebut merupakan air
bebas (free water) sebanyak 67% dan selebihnya merupakan air tak bebas (bound
water), yakni cairan tubuh yang secara kimiawi terikat kuat dengan substansi
lain didalam tubuh ikan, seperti molekul, protein, lemak dan karbohidrat.
Berdasarkan urutannya, proses pembekuan ikan
akan dimulai dari bagian luar menuju bagian dalam tubuh. Cairan tubuh yang
pertama kali beku dalah air bebas, kemudian disusul dengan air tak bebas. Air
tak bebas sukar sekali membeku karena titk bekunya yang sangat rendah. Dalam
pelaksanaan sehari-hari sangat sukar untuk membekukan seluruh cairan yang
terdapat dalam tubuh ikan dan secara ekonomis juga tidak memberikan banyak
keuntungan.
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
proses pembekuan sangat tergantung pada kecepatan dan suhu pembekuan yang ingin
dicapai. Suhu pembekuan, dimana seluruh cairan tubuh ikan telah membeku,
disebut eutectic point dan biasanya
berkisar antara -55 sampai -650C. Penurunan suhu lingkunagan
selanjutnya akan meningkatkanjumlah cairan tubuh ikan yang akan membeku dan
akhirnya akan mencapai air tak bebas. Biasanya proses pembekuan ikan dianggap
selesai bila suhu tubuhnya telah mencapai -120C, karena pada suhu
tersebut sebagian besar cairan yang terdapat dalam tubuh ikan telah membeku.
Secara singkat, proses pembekuan cairan
didalam tubuh ikan dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu :
1. Pada
fase pertama terjadi penurunan suhu wadah penyimpanan yang segera diikuti
dengan penurunan suhu tubuh ikan. Proses pembekuan baru akan terjadi setelah
suhu tubuh ikan mencapai 00C ditandai dengan terbentuknya
Kristal-kristal es. Pada fase ini, pembentukan Kristal es akan berlangsung
sangat cepat dan dimulai dari tubuh bagian luar menuju bagian dalam
2. Penurunan
suhu lebih lanjut akan meningkatkan pembekuan cairan tubuh. Biasanya proses
pembekuan ini akan segera berhenti apa bila suhu tubuh telah mencapai -120C.
Kisaran suhu ini disebut sebagai daerah kritis (critical zone). Waktu yang diperlukan untuk mengubah suhu tubuh
dari 0 sampai -120C disebut periode pembekuan (thermal arrest period) yaitu waktu yang diperlukan untuk melintasi
daerah kritis (critical zone).
3. Karena
sebagian besar cairan tubuh ikan yang telah banyak membeku pada periode
sebelumnya, pada fase ini proses pembekuan akan berlangsung lambat, meskipun
suhu terus diturunkan hingga mencapai -300C.
Proseses
pembekuan cairan didalam tubuh ikan dapat dilihat dalam Grafik di bawah ini.
Gambar
1. Proses Pembekuan cairan tubuh Ikan
v Pengaruh
proses pembekuan terhadap bakteri
Proses
pembekuan dapat menghambat atau menyebabkan kematian sebagian bakteri, karena :
1. Proses
pembekuan mengubah cairan tubuh ikan menjadi kristal-kristal es sehingga
kehidupan bakteri akan terganggu dan mengalami kesulitan dalam menyerap
makanannya.
2. Selain
cairan tubuh ikan, cairan yang terdapat didalam sel bakteri juga membeku.
Akibat pembekuan ini, volume cairan sel bakteri menjadi besar dan akan
memecahkan dinding sel bakteri, sehinngga mematikan bakteri.
Proses pembekuan juga akan menghambat
aktivitas penyebab proses pembusukan lainnya, seperti mikroorganisme,
enzim-enzim, maupun oksidasi lemak oleh oksigen.
2.3.
Perubahan
suhu selama pembekuan
Pembekuan
membutuhkan pengeluaran panas dari tubuh ikan. Prosesnya terbagi atas tiga
tahapan sebagai berikut.
a. Tahap
Pertama, suhu menurun dengan cepat hingga tercapainya titik beku
b. Tahap
Kedua, suhu turun perlahan-lahan disebabkan karena dua hal :
1. Penarikan
panas dari tubuh ikan bukan karena penurunan suhu, melainkan berakibat pada
pembekuan air didalam tubuh ikan;
2. Terbentuknya
es pada bagian luar dari ikan merupakan penghambat untuk proses pendinginan
dari bagian-bagian didalamnya.
c. Tahap
Ketiga, jika kira-kira 3/4 bagian dari kandungan air sudah beku.
Penurunan suhu kembali berjalan dengan cepat
Bagian yang digelapkan pada kurva di gambar 2
(terletak antara 00C dan -50C) disebut thermal arrest, yang secara harafia
berarti hambatan panas. Pada tahapan ini sebagian besar air (75%-85%)
mengkristal menjadi es. Dengan kata lain, daerah yang digelapkan ini merupakan
daerah pembekuan kristal es yang terbanyak. Waktu yang dibutuhkan ikan didalam
pembekuan untuk melintasi daerah ini di sebut thermal arrest time.
Gambar 2. Grafik suhu dan waktu dalam
pembekuan ikan
Berdasarkan panjang pendeknya waktu thermal arrest, pembekuan di bagi
menjadi dua yaitu
1. Pembekuan Cepat (quick freezing), yaitu pembekuan tidak lebih dari 2 jam. Pembekuan cepat menghasilkan Kristal yang
kecil-kecil didalam jaringan daging ikan. Jika dicairkan kembali,
Kristal-kristal yang mencair diserap kembali oleh daging, dan hanya sejumlah
kecil yang lolos sebagai drip.
2.
Pembekuan
lambat (slow freezing atau sharp freezing), yaitu
bila Pembekuan lebih dari 2 jam.
Pembekuan
lambat menghasilkan Kristal yang besar-besar. Kristal es ini mendesak dan
merusak susunan jaringan daging. Tekstur daging ketika ikan dicairkan menjadi
kurang baik; menjadi berongga-rongga (keropos), dan banyak sekali drip yang
terbentuk. Selain itu pembekuan lambat juga menyebabkan pengumpulan dari garam
dan enzim dalam sel daging dalam bentuk larutan, menyebabkan enzim menjadi
lebih aktif dan membuat perubahan-perubahan tekstur dan rasa yang tidak
dikehendaki.
Pembekuan menyebabkan protein berubah
beberapa fungsinya. Karena dalam perubahan ini protein kehilangan sifat
alaminya (nature), maka perubahan ini diberi
nama denaturasi protein. Denaturasi tergantung pada suhu; jika suhu
turun, denaturasi berjalan lambat. Denaturasi juga tergantung pada konsentrasi
enzim dan komponen-komponen lain. Ketika ikan membeku, konsentrasi enzim dan
komponen-komponen di dalam air yang belum membeku makin meningkat. Peningkatan
konsentrasi ini mempercepat denaturasi. Jadi ada dua faktor yang mempengaruhi
kecepatan denaturasi protein, dan keduanya bekerja saling berlawanan jika suhu
ikan diturunkan (yang satu makin lemah, yang lain makin kuat pengaruhnya).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas denaturasi yang terbesar terjadi
pada kisaran suhu -10C dan -2°C.
2.4.
Penanganan Ikan Untuk Dibekukan
Pembekuan dan cold storage tidak dapat menaikkan mutu ikan. Cara
ini, meskipun dengan teknik yang terbaik, hanya dapat mempertahankan mutu ikan
dalam kondisi seperti waktu mulai dimasukkan ke dalam alat pembeku. Karena itu
adalah sangat penting untuk memilih ikan yang sesegar mungkin untuk dibekukan.
Di kapal ikan, pembekuan harus dilakukan secepat mungkin setelah ikan naik ke
atas dek, ikan jangan sampai dibiarkan menunggu sesuatu yang tidak perlu. Namun
demikian, perlu diperhatikan bahwa membekukan ikan yang belum mengalami rigor
mortis akan menyebabkan ikan itu rusak.
- Bentuk-bentuk Ikan yang Dibekukan
Cara mempersiapkan ikan untuk dibekukan tergantung pada bentuk apa
yang dikehendaki dengan pembekuan itu. Hal ini ditentukan berdasarkan situasi
pemasarannya. Ikan dapat dibekukan dalam bentuk blok di dalam kantong-kantong
plastik ataupun secara individual, sedangkan ikannya sendiri dapat disiapkan
dalam bentuk:
1. whole (utuh);
2. gill dan gutted (dibuang insang dan isi perutnya);
3. fillet, steak, stick, loin, dan sebagainya.
Selain itu, ikan dapat dibekukan dalam
bentuk:
1. individual (tunggal, satu ekor atau satu potong daging), dan
2. blok (beberapa ekor atau beberapa potong ikan menjadi satu blok).
Bentuk blok dapat dibuat dengan menyusun ikan yang akan dibekukan
di dalam pan dari logam (aluminium, baja berlapis seng, stainless steel) atau
kotak-kotak karton, kemudian diisi air seperlunya atau tanpa diisi air.
Selain itu, dengan menggunakan vertical-platefreezer atau rotary-plate
freezer bentuk blok itu dapat dibuat langsung dengan block mould-nya.
Pembekuan melibatkan berbagai macam spesies ikan, proses, cara
penyajian dan pengepakan.Karena
itu maka berbagai macam produk beku dapat ditemukan di pasar. Namun demikian,
produk-produk itu dapat dikelompokkan menjadi dua: produk untuk dikonsumsi
langsung, dan produk untuk diproses lebih lanjut.
2.5.
Alat-alat
pembeku Ikan
Alat yang digunakan untuk membekukan ikan
disebut freezer. Pada prinsipnya, alat ini akan menyerap panas
dari tubuh ikan yang akan dibekukan dan memindahkannya ke tempat lain dengan
perantaraan obat pendingin (refrigerant).
Freezer atau alat pendingin pada umumnya
bekerja dengan menyerap panas dari produk yang didinginkan, dan memindahkan
panas itu ke tempat lain dengan perantaraan bahan
pendingin (refrigerant), misalnya amoniak dan Freon. Jika bahan
pendingin dimasukkan ke dalam suatu ruang tertutup yang diatur titik-didihnya
(dengan menurunkan tekanannya), ia akan menguap sambil menyerap sangat banyak
panas dari ruangah tersebut, sehingga ruangan itu menjadi dingin. Di dalam
freezer, proses pendinginan itu dikendalikan dengan peralatan-peralatan mekanis
sehingga pendinginan berjalan dengan efektif dan efisien. Bahan pendingin cair
dari tangki penampung dimasukkan ke dalam evaporator melalui sebuah
katup ekspansi.
Berdasarkan alat yang dipakai, cara pembekuan
dibagi menjadi lima golongan sebagai berikut.
CARA PEMBEKUAN
|
NAMA ALAT PEMBEKU
|
Meletakkan ikan di atas rak yang terbuat dari pipa-pipa dingin
|
Sharp freezer
|
Menjepitkan ikan di antara pelat-pelat dingin
|
Multi-plate freezer (Contact-plate freezer)
|
Meniupkan udara dingin secara kontinyu kc arah ikan
|
Air-blast freezer
|
Mencelupkan ikan ke dalam cairan dingin
|
Immersion freezer
|
Menyemprot ikan dengan cairan dingin
|
Spray freezer
|
Dalam memilih alat pembeku, perlu diperhatikan hal-hal di bawah
ini:
1. Laju pembekuan yang diinginkan.
2. Ukuran dan bentuk bahan yang akan dbekukan.
3. Kemasan makanan yang akan dibekukan.
4. Jenis operasinya batch partaian atau kontinu.
5. Modal dan biaya operasi.
Berdasarkan cara kerjanya, alat pendingin dapat di bagi menjadi
empat golongan yaitu :
1.
Sharp Freezer
Sharp Freezer adalah alat pembeku yang
menggunakan aliran udara dingin sebagai refrigerant.
Alat ini mempunyai sejumlah rak pendingin yang tersusun secara horizontal. Sharp Freezer akan membekukan ikan
secara lambat dan suhu yang dapat dicapai -250 C. Untuk mempercepat
proses pembekuan ikan, biasanya dipasang sebuah kipas angin agar aliran udara dingin
dapat disebarkan secara merata keseluruh tempat penyimpanan ikan.
2.
Multi-plate Freezer
Alat pembeku ikan ini memanfaatkan susunan pelat metal (aluminium)
sebagai pendingin. Pelat-pelat ini didinginkan dengan cara menguapkan
refrigerant yang ada didalamnya. Alat pembeku ini umumnya membutuhkan waktu
kurang lebih 3-5 jam untuk membekukan ikan, tergantung jenis ikan dan ketebalan
daging ikan.
Berdasarkan susunan pelat-pelatnya, Multi-plate Freezer ada dua macam, yaitu horizontal plate freezer dan vertical
plate freezer. Horizontal plate
freezer trdiri dari sebuah ruang dengan pelat-pelat metal yang disusun
secara horizontal. Pelat-pelat ini dapat digeser naik turun untuk mengusahakan
kontak sebanyak mungkin dengan tubuh ikan yang akan dibekukan. Sistem horizontal plate freezer banyak
digunakan di Indonesia, baik di darat maupun di kapal-kapal penangkapan ikan
bekapasitas 1.000-1500 kg.
Vertical plate freezer terdiri dari sebuah ruang
yang dilengkapi dengan pelat-pelat aluminium. Fungsi pelat-pelat ini sama
seperti pada horizontal plate freezer,
hanya pelat-pelat tersebut disusun secara vertical. Alat ini membekukan ikan
melalui kontak langsung antara ikan dengan pelat-pelat aluminium yang telah
didinginkan hingga suhu -400C atau lebih rendah.
3.
Air Blast Freezer
Alat pembeku ini memanfaatkan aliran udara dingin sebagai
refrigerant. Alat ini terdiri dari beberapa tipe, yaitu tipe ruangan,
terowongan dan sistem ban berjalan.
Mula-mula udar didinginkan dengan sebuah unit pendingin hingga
mencapai suhu -30 sampai -400C. Selanjutnya udara dingin ini akan
dialirkan ke tempat penyimpanan ikan yang akan dibekukan dengan kecepatan 15-60
m/menit .
Air blast freezer paling banyak dilakukan
dalam proses pembekuan ikan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1) Suhu udara sebagai media pendingin (refrigerant) mampu mendekati suhu pembekuan ikan.
2) Alat ini sangat fleksibel, dapat digunakan untuk membekukan ikan
dengan bentuk dan ukuran yang berlainan secara serentak.
4.
Brine Freezer
Alat pembeku ini menggunakan larutan garam dingin sebagai media.
Dalam metode inin tidak terjadi kontak langsung anatara pendingin dengan ikan
yang akan dibekukan.
Mula-mula larutan garam didinginkan oleh sebuah unit pendingin
yang berisi refrigerant hingga mencapai suhu -20 sampai 320C. Selanjutnya
ikan-ikan yang akan dibekukan dicelupkan kedalam atau disemprot dengan larutan
garam tersebut hingga membeku.
Brine freezer sangat praktis digunakan dikapal-kapal penangkap ikan dan dapat
membekukan ikan dengan cepat.
2.6.
Waktu
pembekuan
Waktu pembekuan adalah waktu yang dibutuhkan
untuk menurunkan suhu produk dari suhu awal hingga mencapai suhu tertentu pada
bagian tengah produk. Kebanyakan tata cara pembekuan menetapkan bahwa rata-rata
atau keseimbangan suhu ikan, setara dengan suhu penyimpanan di dalam cold
storage. Oleh karena itu suhu final bagian tengah ikan harus dipilih sebagai
acuan dalam menetapkan agar rata-rata suhu ikan sama dengan suhu penyimpanan.
Faktor-faktor berikut menentukan koelisien
transfer panas keseluruhan, dan dengan demikian, juga waktu pembekuan.
1. Jenis
freezer: Jenis freezer sangat mempengaruhi waktu
pembekuan. Umpamanya, karena pemindahan panas yang lebih baik, produk akan
membeku lebih cepat di dalam freezer air garam daripada di dalam air blast
freezer pada suhu kerja yang sama.
2. Suhu
kerja: Makin rendah suhu freezer, makin cepat
ikan membeku. Tetapi biaya pembekuan meningkat jika suhu kerja freezer
diturunkan. Dalam praktek, freezer dirancang untuk bekerja pada suhu beberapa
derajat di bawah suhu cold storage. Misalnya, jika suhu cold storage -30°C,
maka plate freezer umumnya bekerja pada -40°C dan air blast freezer pada -35°C.
3. Kecepatan
udara di dalam air blast freezer: Hubungan
antara kecepatan udara dan waktu pembekuan ditunjukkan pada gambar itu
menunjukkan bahwa waktu pembekuan berkurang jika kecepatan udara ditingkatkan.
Namun ini agak rumil dan tergantung pada banyak faktor. Jika hambatan
pemindahan panas oleh lapisan udara diam itu penting, peningkatan kecepatan
udara akan sangat nyata memperpendek waktu pembekuan. Apabila ukuran
pengepaknya besar dan hambatan dari ikan sendiri merupakan faktor penting, maka
perubahan kecepatan udara akan kurang berpengaruh. Suhu udara, berat jenis
udara, kelem-baban udara, dan turbulensi udara adalah faktor lain yang harus
diperhi-tungkanjika pengaruh kondisi udara terhadap waktu pembekuan
diper-masalahkan. Beberapa faktor tadi pengaruhnya mungkin hanya sangat kecil.
4. Suhu produk sebelum pembekuan: Makin
rendah suhu produk, makin pendek waktu pembekuan. Oleh karena itu ikan harus didinginkan
sebelum pembekuan; di samping untuk mempertahankan mutu, juga untuk mengurangi
waktu pembekuan dan beban pendinginan. Misalnya, ikan tuna tunggal berdiameter
150 mm akan beku di dalam air blast freezer dalam waktu 7 jam jika suhu awalnya
35°C, tetapi hanya perlu 5 jam jika suhu awalnya 5°C. Oleh karena itu suhu awal
harus disebut ketika menyatakan waktu pembekuan.
5. Tebal produk: Makin tebal produk makin panjang waktu pembekuan. Untuk
produk yang tebalnya kurang dari 50 mm, bila tebalnya dilipat-duakan, waktu
pembekuannya akan lebih dari dua kali. Melipat-duakan tebal ikan dari 100 mm.
waktu pembekuannya akan berlipat empat kali.
6. Bentuk produk: Di dalam freezer yang diraneang untuk membekukan ikan
tunggal, ikan berpenampang bulat akan membeku dalam V waktu yang
dibutuhkan oleh ikan pipih dengan tebal yang sama. Oleh karena itu. bentuk ikan
atau pengepak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap waktu pembekuan.
7. Luas permukaan persinggungan dan kepadatan produk: Di dalam plate freezer, persinggungan yang buruk antara
produk dengan pelat pembeku akan meningkatkan waktu pembekuan. Buruknya kontak
itu terjadi karena adanya es di permukaan pelat, pak-pak yang tidak seragam
tebalnya, pak yang tidak terisi penuh, atau rongga udara pada permukaan blok.
Rongga udara di permukaan blok umumnya disertai juga dengan rongga di dalam
blok, yang juga menghambat transfer panas.
8. Pengepakan produk: Cara pengepakan,
jenis dan tebal bahan pengepak, dapat berpengaruh besar terhadap waktu
pembekuan. Udara yang terperangkap di ar.tara produk dan pembungkus sering
menjadi peng-hambat pemindahan panas yang lebih besar daripada bahan pembungkus
itu sendiri. Ikan asap di dalam kotak kayu bertutup perlu waktu 1 5 jam untuk
beku di dalam air blast freezer. Ikan asap di dalam kotak aluminium berbentuk
dan berukuran sama serta bertutup, perlu waktu 12 jam, tetapi jika tutup dibuka
dari kotak kayu, waktunya hanya 8 jam karena tidak ada udara yang terperangkap.
9. Jenis ikan: Makin tinggi kandungan minyak ikan, makin rendah kan-dungan
airnya. Sebagian besar panas yang dikeluarkan dari ikan dalam pembekuan adalah
untuk mengubah air menjadi es. Oleh karena itu, jika airnya makin sedikit,
makin sedikit pula panas yang harus diambil untuk membekukan ikan. Karena
kandungan minyak ikan berubah-ubah me-nurutmusim, akan lebihamanjikabeban panas
diperhitungkan pada waktu kandungan minyak ikan paling kecil.
2.7.
Distribusi
Ikan Beku
Di Indonesia pembekuan kebanyakan dilakukan
untuk tujuan ekspor, dan hanya sedikit dilakukan untuk konsumsi lokal. Lain halnya
di negara-negara besar yang telah maju, pembekuan dilakukan untuk ikan-ikan
yang akan didistribusikan ke tempat-tempat yang jauh dari tempat pendaratan
ikan.
Kegunaan ikan beku adalah untuk digunakan
sebagai bahan mentah untuk industri misalnya pengalengan atau pengasapan, atau
untuk diperda-gangkan dalam bentuk segar (sudah dilelehkan kembali). Ikan beku
yang sudah dilelehkan mempunyai kecenderungan untuk membusuk seperti ikan
segar, maka harus diperlakukan seperti ikan segar, misalnya didinginkan jika
terpaksa harus disimpan. Akhir-akhir ini telah dikembangkan pembekuan ikan tuna
untuk sashimi (dimakan mentah).
Dalam distribusi ikan beku, pengangkutan
adalah masalah teknologi utama yang harus dihadapi. Kenaikan suhu ikan beku
selama pengangkutan harus dibatasi dan jika mungkin dicegah, karena kenaikan
suhu berarti percepatan pembusukan. Untuk itu maka alat-alat pengangkut harus
diperlengkapi dengan unit pendingin. Unit pendingin untuk mempertahankan suhu
ikan beku dapat berupa alat pendingin mekanis, es kering, atau cairan nitrogen
atau CO2. Suhu pengangkutan pada umumnya tidak boleh lebih
dari 18°C.
Sarana-sarana pengangkutan dapat berupa (a)
truk atau container, (b) kereta api, dan (c) kapal laut. Ruang pengangkut
diberi lapisan isolator yang baik dan diberi pintu yang rapat. Bagian dalam dan
luarnya dilapisi dengan lembaran-lembaran aluminium, baja lapis seng, stainless
steel, atau fiberglass. Konstruksi ruangan dan alat pendingin dibuat
menyerupai cold storage di darat.
Dalam menyusun ikan harus diingat bahwa ikan
mengalami goncangan-goncangan yang mengakibatkan susunan tersebut dapat rusak.
Dalam pengangkutan jarak pendek, misalnya pemindahan ikan dari cold storage
yang satu ke cold storage yang lain atau ke kapal/kereta api, sedangkan fasilitas
pengangkut berpendingin tidak tersedia sehingga hanya dipakai truk-truk biasa,
maka pengangkutan harus dilakukan pada malam hari.
BAB III
PENUTUP
© Kesimpulan
1. Pembekuan
di bagi menjadi dua yaitu Pembekuan Cepat (quick
freezing) dan Pembekuan lambat (slow freezing atau sharp freezing)
2. Sebagian
besar air didalam tubuh ikan tersebut merupakan air bebas (free water) sebanyak
67% dan selebihnya merupakan air tak bebas (bound water), yakni cairan tubuh
yang secara kimiawi terikat kuat dengan substansi lain didalam tubuh ikan,
seperti molekul, protein, lemak dan karbohidrat.
3. Waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan proses pembekuan sangat tergantung pada
kecepatan dan suhu pembekuan yang ingin dicapai. Suhu pembekuan, dimana seluruh
cairan tubuh ikan telah membeku, disebut eutectic
point dan biasanya berkisar antara -55 sampai -650C.
4. Berdasarkan cara kerjanya, alat pendingin dapat di bagi menjadi
empat golongan yaitu : Sharp Freezer,
Multi-Plate Freezer, Air Blast Freezer dan Brine Freezer
DAFTAR
PUSTAKA
Murnayati,
A.S. dan Sunarman. 2000. Pendinginan,
Pembekuan, dan Pengawetan Ikan.
Kansius. Yogyakarta.
Affrianto E, Liviawaty Evi, (1989) Pengawetan dan Pengolahan
Ikan. Kanisisus. Yogyakarta.
Afrianto,
E. dan Liviawaty. 2010. Penanganan Ikan
Segar. Widya Padjajaran. Bandung
Adwyah,
R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi
Aksara. Jakarta
http//:www.pembekuan
ikan.com
Komentar
Posting Komentar